Kisah Sedih Seorang Pendongeng

Banyak orang tua murid yang masih mengantarkan anaknya ke ruang kelas namun tidak dengan Nara. Hari ini Nara hanya diantar oleh Ibu sampai ke pintu pagar sekolah. Jadi seluruh cerita ini berdasarkan cerita Nara. 

Ketika bel masuk berbunyi seluruh murid diharapkan masuk ke kelas. Di dalam kelas murid-murid membentuk lingkaran dan duduk di lantai. Setelah mengucapkan salam dan berdoa, murid-murid mendapat pengarahan dari guru wali kelas. Hari ini anak-anak akan diajak berkeliling sekolah untuk mengetahui setiap ruangan yang ada di sekolah.

Kantinnya di mana?
Toiletnya di mana?
Lapangannya di mana?
Aulanya dimana?

Anak-anak diminta membentuk barisan menyerupai kereta. Nara berada di barisan tengah. Anak-anak diajak berkeliling sekolah. Di akhir sesi berkeliling anak-anak diminta duduk di aula terbuka yang ada di lantai satu. Ternyata akan diadakan sesi mendongeng dengan boneka yang di dipandu oleh Kak Rezky. Kali ini kak Rezky menceritakan mengenai kisah seorang anak yang menyayangi ayahnya. Anak itu menunggu ayahnya mengirim makanan ke sekolah ketika jam istirahat. Ayahnya adalah seorang pemulung yang bekerja keras mencari uang agar bisa menikahi keluarganya. Suatu ketika ayahnya ternyata terkena serangan jantung dan tidak bangun lagi, anak dalam cerita itu menangis dan sedih.
Ketika kisah itu diceritakan oleh kak Rezky, sebagian anak-anak kelas satu menangis. Para guru sigap memberikan tisu kepada anak-anak yang menangis karena mendengar cerita sedih yang disampaikan.


Setelah sesi berfoto dengan pendongeng, anak-anak kembali ke kelas yang ada di lantai dua. Anak-anak diminta berdoa sebelum pulang dan bersiap-siap karena jam sudah menunjukkan pukul 09.30.

Nara mencoba berani ke kantin, dia membeli sebotol teh pucuk harum. Ibu memberinya uang Rp5.000 dan harga tehnya Rp4.000 jadi dia diberikan kembalian uang koin sebesar Rp1.000. Literasi numerasi sederhana di lingkungan sekolah.

Hari ini Nara bahagia, hari ini sekolah menyenangkan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Warisan Sejarah yang Kembali Pulang

Benarkah Tingkat Literasi Indonesia Sangat Rendah? Bagaimana Peran Kita sebagai Orang Tua?