Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Tuhan Yang Menautkan

Lama tak menulis di buku maya, bukan berarti tak ada cerita tentangku. Beberapa alur baru sedang kujalani dan ingin kubagi agar tak lekang di memori. Dua ribu tiga belas, tahun yang mungkin angkanya tidak cantik, tapi tahun ini tahun yang benar-benar mempercantik cerita hidupku. Andai saja aku tidak punya kepercayaan yang tinggi akan cita-cita yang dulu kubuat, bisa saja tahun 2013 jadi tahun yang sangat berantakan. Tidak ada yang lebih berantakan dari orang yang kehilangan cita-citanya bukan? Tidak ada tawaran pekerjaan yang lebih menarik dari pekerjaan yang diharapkan orang tua untuk anaknya. Jadi ketika beliau berdua tak lagi di dunia, mereka sudah tau pasti anak mereka tak akan hidup sengsara. Ya, aku seorang penurut, selama orang tuaku masih hidup aku ingin membuat mereka bahagia. Itu cita-citaku. Dan sekarang aku mendapatkan apa yang beliau berdua mau, dengan begitu, ridho Allah sudah di tanganku bukan? Karena ridho orang tua bersamaku. Insya Allah. Dua ribu tiga bela

Tak Ada Yang Sia-Sia Kok

Yap, hari ini aku mengobrol dengan seorang sahabat yang aku yakin ia benar-benar lagi suntuk berat. Ia bercerita kalau ia hari itu tidak bisa berhenti menangis padahal ia sangat jarang menangis. Ia teringat ayahnya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Ia mengatakan kalau ia tidak pernah sekalipun menangis di depan keluarganya, bahkan tidak pernah bilang 'kangen ayah' di depan keluarga yang lainnya. Tapi setiap ia sendiri, ia meneteskan air mata, ia sadar sebenarnya ia rapuh. Ia benci menjadi anak tunggal, anak yang selalu jadi tumpuan, tidak dididik untuk manja (mungkin berbeda dg tipe anak tunggal yang biasanya dimanja). Aku menyuruhnya bercerita, karena aku yakin dengan ia menceritakan kepenatannya, agak sedikit berkurang suntuknya. Ia bilang ia ingin suatu kenyamanan bukan kepura-puraan tegar yang selalu ia tampakkan di depan keluarganya. Ia pikir ia sudah terlalu letih. Ya, terdengar menyedihkan. Tapi aku rasa ia wanita hebat. Aku yakin kepenatan itu sudah terlalu me

Hormon! Ini Semua Salahmu!

Pagi ini memang berjalan seperti biasanya. Ibu bangun subuh untuk memasak, ayah bangun untuk olahraga bentar, aku membantu adik laki-lakiku siap-siap ke sekolah. Jangan tanya adikku yang perempuan kemana, lagi indehoy di kasur dianya :p Semua berjalan seperti biasa, belasan tahun seperti ini, bedanya dulu aku juga ikut siap-siap ke sekolah :)) Nah, sewaktu memakaikan seragam untuk adik, satu kalimat yang paling tidak ingin aku dengar terucap lagi dari ayahku, satu kalimat yang selalu bikin aku campur aduk, satu kalimat yang bikin otakku egois karena ketika kalimat itu terucap ia membiarkan hati saja yang bekerja. "Kalau Mbak Dyah sudah kerja, siapa ini yang nemenin Mas Doni? Cepet pinter nak biar kayak Mbak Dyah " Oh my, bertahun-tahun udah membuatku kuat untuk memikirkan hal itu, seharusnya sudah gak jadi masalah buatku dengan kalimat pagi ini. Aku sadar aku hari ini sangat sensitif ketika tiba-tiba mataku berkaca-kaca, tapi kali ini aku menyalahkan hormon karena memang

Human Potential Laboratory Result

Mau sedikit membahas mengenai hasil dari Human Potential Laboratory adik bungsu saya yang autis. Di dalam hasil tes ini dipaparkan mengenai kemampuan dominan otak  dan bagaimana kecenderungan penerimaan informasi si pelaku tes. Dan hasil yang cukup mengejutkan yang kami dapat. Dikatakan di situ bahwa adik saya memiliki kemampuan dominan otak kanan atas dan kanan bawah (kreatif, optimistik dan inovatif) dengan prosentase dominasi 91% dan untuk otak kiri atas dan otak kiri bawah (analitik, faktual, dan hal-hal logis) memiliki prosentase 69% Untuk kecenderungan sensitivitas menerima informasi, ini hasilnya yang bikin wow sekeluarga -__- Dalam tes audiotori (medengarkan, berbicara), tes visual (melihat, imajinasi), tes kinestetik (merasa, menangani) dia berada di level yang paling tinggi/sangat kuat. Yang artinya dijelaskan disitu kalo si pelaku tes adalah seorang yang sangat sanggup multitasking, kemampuan inderanya bekerja dengan sangat baik. Kami sekeluarga langsung huwaw sekali, i

Ayo Belajar Mendongeng

Mulai berpikir, jika generasi anak-anak kecil cabe rawit sekarang sudah dijejali dengan lagu cinta-cintaan, pacar-pacaran, bagaimana masa remajanya? Mungkin mereka kehilangan esensi dari kata setia dan kedewasaan. Sekarang juga sering dipertontonkan sinetron yang memakai anak-anak/remaja sebagai salah satu tokohnya tapi tanpa mempertimbangkan pembatasan unsur-unsur cerita. Dalam sinetron tersebut digambarkan murid SMA yang doyan memakai rok mini, make-up, dan pacaran-sentris. Ada juga yang pemerannya anak-anak dan mereka terlibat cinta monyet uwuwuwuwu. :3 Buat kita yang udah menginjak dewasa tentu bisa memfilter mana yang bagus dan mana yang tidak. Tapi bagi anak-anak, saya rasa mereka akan cenderung menjadikan sinetron dan lagu yang sedang populer itu menjadi patokan dalam mereka berinteraksi dengan teman-teman mereka. Ladies, kita sebagai calon ibu (yang walaupun juga mayoritas doyan sinetron) juga harus memiliki kemampuan menghidupkan imajinasi anak kita kelak. Percaya deh lebi

Sajak Hujan Berlebih

Jika Tuhan menciptakan hujan untuk memberi teduh di bumi, Mengapa banyak cercaan atas tiap butiran yang membasahi raga ini, Kadang ribuan rindu yang menumpuk tak terserap hati, Luka yang dulu menyakiti kian beranjak pergi, Canda yang di masa lampau sangat lekat hanya tersimpan di memori. Bagai katak yang menyanyi merdu dan menari beriring, Aku harap kepekaan tak beranjak dari tempat ia berdiri, Tak satupun rasa canggung yang berani keluar dari bilik, Mereka sibuk merenda kata agar tak salah arti. Bukan seperti boneka yang hanya ditenteng kesana kemari, Aku ragu bagaimana harus menjelaskan tanpa seni, Beruntung hamparan kertas ikut meramu bersama jemari. Nampan isi gula cinta kasih tersungging di kepala kami, Demi apa aku tak ada daya dan upaya untuk menggapai ini. Banjir.

Jadi Kita Otak Kiri atau Kanan?

Seorang teman menuliskan di twitternya bahwa dia merasa otak kirinya sangat teramat dominan. Seorang teman lain menanggapi bahwa itu bisa membuat dia menjadi seorang apatis. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan dominannya si otak kiri, seperti yang kita tahu otak kiri itu adalah otak yang dapat menguraikan simbol, logika, detail, keteraturan, perencanaan. Dalam menyelesaikan masalah, tentu si otak kiri ini akan cenderung memakai cara-cara sistematis terencana yang sudah ia buat. Tak ada yang salah bukan? Sesuai dengan pelajaran biologi yang saya ingat, otak memiliki banyak bagian, otak besar, otak tengah, otak kecil, otak belakang. Namun orang-orang cenderung mengenal bagian otak itu ada 3 bagian : otak kanan, otak kiri, otak tengah. Nah ini yang disebut-sebut terlihat jelas membagi karakteristik dan perilaku seseorang. Untuk otak tengah mungkin belum banyak fakta penelitian yang terkenal. Seingat saya dulu ada terapi mengaktifkan otak tengah, ramai sekali dulu itu karena diangga