Bluebird andalanku ketika pecah ketuban Teringat ketika tengah malam di tahun 2016 saya pecah ketuban tanda akan melahirkan anak sulung, kala itu saya langsung telepon call center Bluebird untuk bisa segera diantarkan ke Rumah Sakit. Walaupun waktu menunjukkan pukul 12 malam, sopir Bluebird tetap sigap datang ke lokasi dengan cepat sehingga saya tidak perlu menunggu lama. Dalam kondisi pecah ketuban, saya membawa handuk tebal yang diletakkan di kursi penumpang dan sopir Bluebird membantu agar saya merasa nyaman ketika duduk di dalam mobil. Itu adalah momen paling melekat yang membuat saya sangat mengapresiasi taksi Bluebird dalam melayani pelanggannya. Kepercayaan pelanggan melekat bertahun-tahun. Saat ini sebagai seorang ibu yang memiliki banyak aktivitas menemani buah hati berkunjung ke berbagai tempat di Jakarta, saya selalu merasa khawatir tidak mendapatkan tempat parkir mobil jika pergi ke suatu tempat. Atas kekhawatiran itu, saya lebih memilih untuk menggunakan transportasi...
Remaja. Kata ini tentu bukan untukku lagi. Aku hampir melepas umur 20 tahunku dan sebulan lagi 21 tahun. Tapi kata itu sangat menggambarkan adikku yang mau menginjak 14 tahun. Dia lelaki dan dia 14 tahun, sesuai dengan siklus, dia harusnya sudah baligh. Waktunya mimpi basah, mulai jatuh cinta, testosteronnya mulai lebih aktif. Tapi keadaannya agak sedikit berbeda, dia spesial, dia seorang autisme. Tidak ada yang tau kapan dia mimpi basah (eh, gak nding, kali aja ayah tau :p) dan kapan dia pertama kali jatuh cinta! Nah ini nih yang bikin aku super super super kepo. Syaraf otaknya boleh aja agak 'nge-hang' tapi kinerja seksual di tubuhnya kan masih jalan dengan sangat baik (kayak penderita autisme perempuan yang tetap menstruasi). Nah kayak Lirik lagunya mbak Dewi Lestari - Malaikat Juga Tau Berbagi... Takdir kita selalu.... Kecuali tiap kau jatuh hati Nah disini aku masih merasa ada sedikit ketakutan yang sama dengan videoklip lagu diatas. Dimana diceritakan kalau ada s...
Yap, hari ini aku mengobrol dengan seorang sahabat yang aku yakin ia benar-benar lagi suntuk berat. Ia bercerita kalau ia hari itu tidak bisa berhenti menangis padahal ia sangat jarang menangis. Ia teringat ayahnya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Ia mengatakan kalau ia tidak pernah sekalipun menangis di depan keluarganya, bahkan tidak pernah bilang 'kangen ayah' di depan keluarga yang lainnya. Tapi setiap ia sendiri, ia meneteskan air mata, ia sadar sebenarnya ia rapuh. Ia benci menjadi anak tunggal, anak yang selalu jadi tumpuan, tidak dididik untuk manja (mungkin berbeda dg tipe anak tunggal yang biasanya dimanja). Aku menyuruhnya bercerita, karena aku yakin dengan ia menceritakan kepenatannya, agak sedikit berkurang suntuknya. Ia bilang ia ingin suatu kenyamanan bukan kepura-puraan tegar yang selalu ia tampakkan di depan keluarganya. Ia pikir ia sudah terlalu letih. Ya, terdengar menyedihkan. Tapi aku rasa ia wanita hebat. Aku yakin kepenatan itu sudah terlalu me...
Komentar
Posting Komentar