Ramaikan Penyembelihan Diri Kita
Hari ini semua umat muslim sedang merayakan Hari Raya Idul Adha alias hari penyembelihan para kambing dan sapi yang udah sejak beberapa hari lalu dikandangin di masjid. Semua orang tampak antusias, baik yang menyumbang hewan kurban, patungan untuk beli hewan kurban, ataupun yang udah dapet kupon daging, hihi. Beberapa anak kos di daerah saya (PJMI) ada yang dapat loh, tapi sayangnya saya ga dapet, kan alhamdulillah banget kan yaa kalau bisa dapat (tetep ya gatau diri, seharusnya udah bisa beli kambing sendiri kalo mau nabung -_-) hahaha.
Berbicara tentang potong-memotong, kita pasti udah tau dong asal usul adanya Hari Raya Idul Adha, intinya tentang keikhlasan seorang ayah demi melaksanakan perintah Tuhannya dan sang anak yang berbakti pada ayah dan Tuhannya, kisah yang super sekali :)
Nah sebagai generasi yang tidak menyaksikan langsung bagaimana kejadian akan tersembelihnya putra Nabi Ibrahim, pastilah ada sedikit rasa kurang greget setiap ada kambing yang disembelih, kecuali kalau kita pernah mengalami suatu kejadian mengenai keajaiban keikhlasan. Nah jadi bagaimana dong supaya kita dapat feel-nya, ya minimal bisalah setiap hari raya kurban ini jadi motivasi untuk lebih baik lagi.
Saya pernah berpikir, jangan sampai momen Idul Adha ini hanya berupa prosesi penyembelihan, kambing sapi dipotong-potong, dibagi-bagikan, terus beres-beres, udah, itu tok. Mengapa kita ga mengambil perumpamaan dari proses tadi, kambing dan sapi disembelih lalu dipotong kecil-kecil, kita bisa juga melakukannya terhadap diri kita, bukan berarti menyembelih badan kita sendiri -_- saiko itu namanya. Tapi lebih kepada menyembelih sifat egois kita, menyembelih sifat angkuh kita, memotongnya jadi bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga membuat diri kita lebih peka terhadap lingkungan kita.
Coba kalau setiap Idul Adha kita bisa mendewasakan diri kita dengan menjadi pribadi yang menyenangkan dan tidak mengedepankan ego yang berlebih. Ego memang sarana untuk mempertahankan diri, tapi terlalu banyak ego akan membuat kita jadi seperti gentong yang tertutup rapat ga ada yang bisa dimasukin, jadi sarang laba-laba, kemudian lapuk, tinggal nunggu hancur.
Coba kalau setiap Idul Adha kita bisa mendewasakan diri kita dengan menjadi pribadi yang menyenangkan dan tidak mengedepankan ego yang berlebih. Ego memang sarana untuk mempertahankan diri, tapi terlalu banyak ego akan membuat kita jadi seperti gentong yang tertutup rapat ga ada yang bisa dimasukin, jadi sarang laba-laba, kemudian lapuk, tinggal nunggu hancur.
Pecah ego yang sudah menggumpal, sehingga kita bisa melihat berbagai sudut pandang setiap masalah. Betapa nikmatnya hidup, kalau hati ini tentram dan tidak ada rasa dengki yang disebabkan ego yang tidak mau mengalah.
Bagaimana teman-teman?
Mari sembelih rasa egois kita dan dapatkan dunia yang lebih dari sekedar kata "berharga"
:D
Komentar
Posting Komentar